Senin, 27 September 2010

[ cerpen ]

cerita saja lah.. penuhi blog ini dengan cerita.. 

"aku ga akan berdiri lagi disini, dan menantinya sambil menangis." kataku pada zeb, lelaki seusiaku, masih SMP
"aku juga ga bakalan kamu ngelakuin itu" kata zab, menenangkanku
"tapi.. kenapa? bukannya kamu suka kalo aku sengsara?"
"siapa bilang rish? aku ga akan kayak gitu.. aku bakal ngelindungin kamu.. tapi.. aku tau itu terhalang sama arvi" 
aku memandangnya sejenak, dan mengerti maksudnya dengan sekejap.
"arvi bukan siapa siapa lagi. dia cuma seonggok daging yang selalu menjadi pisau untuk hatiku"
aku melihat samar-samar senyum zeb.
"itu kamu tahu"
"karna kamu yang menyadarkanku"

kami terdiam di suasana yang sangat tidak nyaman.
duduk di loteng sekolah, di sore hari dengan pemandangan kota di bawah, dan semillir angin yang menerpa wajah.
namun, suasana ini hancur seketika karena kami. kami yang terlibat rasa cinta satu sama lain, yang selalu ingin bersama namun tak akan pernah tercapai karenan adanya arvi.
"aku.."
zeb angkat bicara
"aku kagum banget sama kamu. cewek setegar kamu, selalu setia sama arvi, yang malah selalu maen di belakang kamu. kamu tahu, tapi kamu nggak bilang. kamu sakit, tapi kamu selalu tersenyum. kamu selalu sayang arvi"

aku tertawa kecil.
"kamu sok tahu"

"aku emang tahu.. aku juga tahu arvi.. ini satu hal yang ga kamu ketahui tentang dia.."
zeb menghela nafasnya

"dia sayang kamu lebih lebih lebih dari apapun yang dia milliki. dia selalu selingkuh.. dia selalu jahat sama kamu."
"tapi di dalam hati arvi yang paling dalam.. dia ga pernah mau kamu menderita. dia selalu sayang kamu."
aku menggeleng.
"dia bukan orang yang pintar mencintai."

"oke aku bakal bilang.."
aku menatap zeb serius.

"dia punya kamu, dia sayang kamu.. tapi dia ga pernah mau nunjukin, ga pernah mau mesra"an.. dia jaga hati aku.."
aku sudah tahu itu. tapi aku ga pernah tahu, kalo arvi ternyata sebaik itu..

"sebaik apapun dia, aku ga akan luluh lagi zeb.." kataku keras.
"nggak! aku ga akan ijinin kamu tinggalin arvi." kata zeb sama kerasnya.

"aku emang suka sama kamu, uda suka sama kamu sebelum arvi suka kamu. tapi aku sadar kita beda.." 
aku menunduk.
"aku akan bahagia kalo kamu sama arvi, dan kalian tersenyum. bentar lagi aku ngomong ke arvi.. aku bilang kalo aku uda relain kamu.. aku mau dia ga maen maen lagi dibelakang kamu.. aku mau dia tunjukin rasa sayangnya ke kemu.."
"tapi kenapa?! kenapa harus kamu yang ngalah?! kamu tahu kan, aku sayang kamu!! aku jadian sama arvi juga demi kamu!!" kata ku sambil berlingang air mata.

"karena kita beda."

"perbedaan bakalan jadi cantik kalo kita pandai mengolahnya."
"ya.. kamu pandai. tapi aku tidak.. sesuatu ga akan berjalan kalau hanya satu pihak yang menjalankannya" kata zab barusan menyadarkanku.. zab memang tidak pernah mau berjuang demiku. dia akan selalu menjadi dalang di balik arvi. zab selalu bersembunyi.

"oke" kataku singkat, sambil terus menangis.

tanpa sepatah katapun, zab pergi meninggalkanku.

"zab?!" samar-samar aku mendengar arvi bicara.
"ambilah.." kata zab

arvi berlari kearahku, lalu menyentuhku pelan.
"rish..."

"aku cinta kamu" kata-kataku menyambut arvi yang datang ketakutan, melihat air mata di pipiku, di rok sekolahku.
itu menjadi permulaan, agar hati dan pikiranku terbiasa untuk mencintai arvi.. 

========= the end ========== :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar